Tirtanetwork.com – Jakarta – Kehadiran perwakilan FIFA di Jakarta pada Sabtu (24/5/2025) mendadak menjadi sorotan publik. Pasalnya, kunjungan ini terjadi hanya dua hari sebelum Timnas Indonesia dijadwalkan bertolak ke Bali untuk menjalani pemusatan latihan (TC) menjelang dua laga krusial di Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia. Lalu, apa sebenarnya yang terjadi? Apakah ini sekadar inspeksi biasa, atau ada hal penting yang sedang disiapkan?
Dalam kunjungan tersebut, FIFA tidak datang sendirian. Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, turut mendampingi langsung proses inspeksi ke Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK), yang akan menjadi venue utama pertandingan hidup-mati Timnas Indonesia. Laga yang paling disorot tentu saja adalah duel melawan China pada 5 Juni mendatang, yang bisa menjadi penentu nasib Garuda di babak ketiga kualifikasi Grup C.
Inspeksi yang dilakukan FIFA terbilang sangat detail. Mereka mengecek segala aspek stadion: mulai dari kualitas dan kerapatan rumput, sistem drainase, kesiapan fasilitas pendukung seperti ruang ganti dan area media, hingga faktor penting lainnya seperti keamanan dan aksesibilitas bagi penonton. FIFA jelas tidak ingin ambil risiko—segala standar internasional harus terpenuhi tanpa kompromi.
Menurut Erick Thohir, kunjungan ini merupakan bagian dari komitmen bersama antara PSSI dan FIFA untuk menghadirkan pertandingan internasional yang layak dan profesional. “Kami ingin memastikan semua fasilitas, khususnya GBK, berada dalam kondisi terbaik. Ini bukan hanya soal infrastruktur, tapi juga harga diri sepak bola Indonesia di mata dunia,” tegas Erick di sela-sela inspeksi.

(Ketum PSSI Erik Tohir, mendampingi perwakilan FIFA saat inspeksi mendadak GBK jelang Lawan China 5 Juni mendatang )
Sementara itu, Timnas Indonesia sendiri dijadwalkan berangkat ke Bali dalam waktu dekat untuk menjalani TC intensif sebagai bagian dari persiapan menghadapi dua pertandingan terakhir yang sangat menentukan. Di bawah arahan pelatih Shin Tae-yong, skuad Garuda dituntut tampil maksimal demi mengamankan tiket ke babak berikutnya.
TC di Bali dipilih karena dinilai memberikan suasana yang lebih fokus dan minim distraksi, serta tersedia fasilitas latihan yang memadai. Strategi ini sudah beberapa kali diterapkan sebelumnya, dan terbukti efektif untuk membangun chemistry tim serta meningkatkan performa fisik dan mental pemain.

Kehadiran FIFA di tengah momen krusial seperti ini tentu memunculkan banyak spekulasi. Apakah ini pertanda bahwa FIFA memberikan perhatian khusus pada perkembangan sepak bola Indonesia? Atau justru ada kekhawatiran dari federasi tertinggi sepak bola dunia terhadap kesiapan kita menjelang laga internasional penting?
Yang jelas, semua mata kini tertuju pada GBK, Bali, dan tentu saja Timnas Indonesia. Mampukah skuad Garuda membuktikan bahwa mereka layak tampil di panggung dunia? Atau justru tekanan besar ini akan menjadi ujian tersulit mereka sejauh ini?
Yang pasti, para pencinta sepak bola Tanah Air tak sabar menanti kelanjutan kisah ini. Jangan lewatkan detik demi detik menuju laga besar—karena yang terjadi di balik layar bisa lebih panas dari yang terlihat! (gi)