Gudang Tembakau di Probolinggo Belum Serap Hasil Panen, Petani Resah Hadapi Harga Murah
Probolinggo (Tirtanetwork.com) – Sejumlah gudang tembakau di Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, terpantau masih tutup dan belum melakukan penyerapan hasil panen petani. Kondisi ini terungkap saat Komisi II DPRD Kabupaten Probolinggo bersama Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) dan Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke gudang-gudang tembakau di Kecamatan Kraksaan hingga Kecamatan Paiton.
Di gudang pertama, tepatnya di Desa Asembakor, Kecamatan Kraksaan, anggota dewan mendapati pintu gudang masih tertutup rapat. Tidak ada aktivitas pembelian tembakau dari petani. Situasi serupa juga ditemukan di gudang milik PT Gudang Garam di Desa Sumberanyar, Kecamatan Paiton. Meski pintu terbuka, aktivitas jual beli tembakau tidak terlihat sama sekali.
Ironisnya, gudang milik PT Gudang Garam tersebut sudah tidak menyerap tembakau petani lokal sejak tahun 2024. Padahal, pada tahun-tahun sebelumnya, gudang ini mampu menyerap hingga 3.000 ton tembakau.
Pengurus Gudang Garam wilayah setempat, Maria Magdalena, mengaku pihaknya masih menunggu keputusan dari kantor pusat. “Tahun ini kami belum bisa memastikan, karena keputusan pembelian ada di pusat,” ujarnya.
Kondisi ini menambah kekhawatiran petani. Selain ketidakpastian penyerapan hasil panen, mereka juga dihadapkan pada harga jual tembakau yang anjlok. Saat ini, harga tembakau di tingkat petani berkisar Rp25.000 hingga Rp40.000 per kilogram. Padahal, harga ideal agar petani mendapat keuntungan berada di kisaran Rp50.000 per kilogram.
Ketua Komisi II DPRD Kabupaten Probolinggo, Reno Handoyo, mendesak pihak gudang segera memberikan kepastian. “Jangan biarkan petani terus menunggu tanpa kejelasan. Kasihan mereka,” tegasnya. Ia memastikan pihaknya bersama instansi terkait akan kembali mendatangi gudang-gudang yang masih tutup untuk memastikan apakah tahun ini mereka akan menyerap hasil panen atau tidak.
Berdasarkan data Dinas Pertanian Kabupaten Probolinggo, luas lahan tembakau di wilayah tersebut mencapai 10.944 hektare dengan estimasi produksi sekitar 11.000 ton. Hingga pertengahan Agustus ini, serapan tembakau baru mencapai 6.200 ton. Puncak panen diperkirakan terjadi pada September mendatang.